Tanggung Jawab Orangtua Mendidik Keluarganya Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ)
Nurul Falah-Rusun Petamburan Keberkahan waktu manusia terdahulu berbeda dengan keberkahan manusia modern. Sebab orang-orang terdahulu masih menyempatkan diri untuk mendidik keluarganya. Sedangakan orang-orang modern terkadang bertemu keluarga pada malam hari atau bahkan ketemunya seminggu sekali. Hal ini membuat seorang anak (zaman now) mencari kebahagiaan di luar rumah ketimbang menjadikan orang tua mereka sebagai teladan.
Sayyidina Ali RA berpesan bagi para orang tua, “Ajarkanlah diri kalian dan keluarga kalian sebuah kebaikan (agama) supaya mereka (keluarga) terhindar dari api neraka dengan sebab mempelajari agama.” Sayyidina Abbas RA meninggalkan wasiat kepada para orang tua, “Berilah pemahaman kepada keluarga tentang agama, ajari mereka tentangnya, dan beritahukanlah mereka tentang adab (sopan santun)”
Melalui pesan dua tokoh di atas memberikan esensi bahwa pentingnya orang tua menjadi pendidik, pembimbing, serta pendengar yang baik bagi anak mereka. Ketika perkataan orang tua tidak didengar dan digubris maka seorang anak dipastikan jarang memberikan pendidikan agama kepada mereka. Bahkan Rasulullah bersabda, “Allah tidak akan menemui seseorang yang mempunyai dosa besar dari kebodohan (agama) pada keluarganya.” (Kitab Ihya Ulumuddin jilid 2 halaman 31)
Hadis Nabi di atas memberikan pandangan kepada para orang tua untuk memberikan, mengajarkan, serta menjadi tauladan bagi anak-anaknya. Habib Zein bin Sumaith berkata, “Kebahagian demi kebahagiaan terpancar apabila keluargamu berkata, “Ajarkan aku (agama) ajarkan aku (agama), atau ajarkan aku tentang makna tentang seseuatu hal dalam agama.” (Kitab Fawaidh al-Mukhtarah halaman 38)
Pernyataan Habib Zein di atas memberikan isyarat bahwa orang tua bukan hanya mencari nafkah bagi suami dan mengurus pekerjaan rumah bagi seorang istri akan tetapi mereka berdua bisa memberikan pengajaran tentang agama kepada anak-anaknya. Melalui agama, seorang anak mempunyai batasan di dalam bertutur, bertindak, dan berprilaku. Jika seorang anak tidak memiliki pengetahuan tentang agama maka khawatir ia menjadi hedonis dan liberalis.