SEKILAS INFO
  • 7 bulan yang lalu / Daftar kan putra putri anda untuk mengikuti pelajaran membaca al qur’an di TPA Nurul Falah serta kegiatan seni pencak silat Betawi Sanggar MMA untuk info lebih lanju hubungi Ustadz.Muttaqin (TPA)  Hp  0887-2909-658  dan Bang Adit (Sanggar MMA) 0895-6157-89270 Baca Juga :  Berharaplah Pada Allah Semata! Disusun oleh Sayyid Muhammad Yusuf Aidid (Dosen Agama Islam Universitas...
  • 2 tahun yang lalu / Daftar Nama nama Penyewa Aula Masjid Nurul Falah : >> Hari Minggu 24 Agustus 2022. Ibu Maesal RW.7 >> Hari Sabtu 6 Agustus 2022. Bp.Imam RW.08 >> Hari Minggu 21 Agustua 2022. Ibu Dwi >> Hari Minggu 28 Agustus 2022. Ibu. Encun >> Hari Minggu 4 September 2022. Ibu Desy RW.09 >> Hari Sabtu 01...
  • 2 tahun yang lalu / Progaram Santunan Anak Yatim Masjid Nurul Falah per tiap bulan nya diadakan oleh Pengurus Masjid Nurul Falah Baca Juga :  Santunan Anak Yatim tahap ke 5 Masjid Nurul Falah Rusun Petamburan
WAKTU :

Tradisi Betawi Sebelum Ramadhan

Terbit 21 Januari 2025 | Oleh : Masjid Nurul Falah Petamburan | Kategori : Berita / Fiqih
Tradisi Betawi Sebelum Ramadhan

 Nurul Falah- Rusun Petamburan Tradisi itu kebiasaan yang berulang dan telah medarah daging di masyarakat. Melalui kebiasaan tersebut maka akan terlihat kekayaan khasanah budaya. Apalagi keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia yang sangat berlimpah, hal tersebut disebabkan oleh pluralitas suku, budaya, agama, dan bahasa. Namun perbedaan-perbedaan tersebut bukan berimplikasi menjadi sebuah konflik akan tetapi memperkuat persatuan dan kesatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

Tradisi masyarakat Betawi  menjelang Ramadhan yaitu berziarah ke makam kerabat dan ulama serta sowan ke para alim ulama yang masih hidup. Mereka menganggap sowan ke ulama itu akan mendatangkan rahmat dan keberkahan dari Allah Swt. Biasanya mereka yang datang ke para kyai, asatidz, atau habaib tanpa tangan hampa. Ada yang membawa kue-kue, ada yang membawa sembako, dan terkadang ada yang memberikan sedikit rezeki.

            Biasanya warga Betawi yang sowan ke rumah para shalihin itu secara beramai-ramai. Mereka membawa anak, cucu, mantu serta kerabat lainnya. Mereka biasanya meminta doa dan nasihat agar menjalankan ibadah di bulan Ramadhan itu dengan khusyuk. Syekh Muhammad Dib Al-Bugha berkata, “Nasehat ulama dan para shalihin itu sebagai tanggung jawab mereka dalam menyampaikan wejangan yang bersumber dari al-quran dan hadis-hadis nabi Muhammad. Tujuan dari nasehat tersebut ialah untuk mengendalikan hawa-nafsu yang telah termaktub di dalam alquran dan al-sunnah, dan penjelasan dari keduanya bagaimana untuk mencegah hawa nafsu itu timbul dari dirinya. Selain dari alquran dan al-sunnah biasanya nasihat para shalihin tersebut disertai dengan perkataan salafuna salihin (ulama-ulama terdahulu).”

            Pada ghalibnya sebelum orang-orang betawi itu pulang dari rumah ulama tersebut, ia memegang tangan para mualim untuk ditempelkan ke dada mereka. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan ketenangan dan kekhusyukan kepada diri dalam menghadapi kehidupan dan ditetapkan iman dan islamnya sampai di bulan Ramadhan. Aktvitas tersebut menambah keyakinan mereka bahwa Allah akan memberikan yang terbaik hingga datangnya bulan suci Ramadhan.

Baca Juga :  Santunan Anak Yatim tahap ke 5 Masjid Nurul Falah Rusun Petamburan

            Di sisi lain, ada saja orang-orang Betawi yang memegang tangan shalihin untuk ditempelkan ke atas kepalanya. Mereka meyakini dengan tangan ulama yang ditempelkan ke bagian tersebut agar pikirannya tenang dan terus positive thinking terhadap apa-apa yang diberikan Allah kepadanya dari sebelum Ramadhan hingga berakhirnya bulan agung tersebut. Namun ada saja masyarakat Betawi yang beranggapan bahwa ketika kepalanya dipegang oleh para mualim tersebut untuk semangat dalam melakukan ibadah kepada Allah.

            Tradisi sowan kepada ulama tersebut menandakan bahwa masyarakat Betawi dan ulama itu tidak bisa dipisahkan. Mereka meyakini bawa ulama itu merupakan pewaris para Nabi dan kalam-kalamnya merupakan perpanjangan dari lisannya Rasulullah Saw. Implikasinya tradisi tersebut bertahan di zaman digital sekarang ini.

oleh Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si, CETP (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ)

SebelumnyaPersahabatan karena cinta kepada Allah SesudahnyaLoyalitas Masyarakat Muslim Betawi Kepada Ulama

Berita Lainnya

0 Komentar