Tingkatan yang kedua bagi subhat ragu seseorang karena barang itu bercampur.
Masjid Nurul Falah-Rusun Petamburan Tulisan ini Penulis Tukil dan diartikan dari Kitab Muhtashor Ihya Ulumuddin Karya Imam Ghozali. Dan Penulis mendapat penjelsannya langsung ketika mengaji di Mejelis Talim Pimpinan Al Mualim Ustadz Bunyamin Kelapa Dua Jakarta Barat bertempat di Jalan Sandang Kemanggisan Jakarta Barat.(4/2/2023)
Adapun tingkatan yang kedua bagi subhat..ragu seseorang karena barang itu bercampur..seperti bercampur yang halal dan yang haram..maka menjadi saru kehalalan dan keharamannya dan sulit membedakan keduanya..bercampurnya seberapa banyak ini.. menyebabkan kebingungan..jika bercampurnya itu dapat dihitung..dan sudah menyatu sehingga samar untuk dibedakan..
Maka dgn itu (tercampurnya yg halal dan haram) ada 3 bagian
1. Samar dzatnya dgn bilangan..seperti bercampur 1 bangkai kambing dengan 10 kambing yang dipotong sesuai sara..maka yang demikian ini wajib ditinggalkan..haram jika kita makan..
2. Barang Haram yang dapat dihitung bercampur degan barang halal yg tidak bisa dihitung..contoh bercampur anak perempuan sesusuan dengan 10 anak perempuan biasa..maka dilazimkan meninggalkan pernikahan ini..maka jika ingin dinikahi..harus dengan keyakinan bahwa wanita yang dinikahi bukanlah saudara sesusunya..
3. dan siapa siapa yang tahu bahwa hartanya bercampur dgn yang haram..tapi kita tidak tau mana yang halal atau haram..maka masih halal makanannya di makan.dan halal jual beli dengannya..maka fahamilah dgn sebaik2nya
Bagian yang ketiga..bahwa bercampur yang halal dan haram dgn jumlah yang sama, sama tidak bisa dihitung krn banyaknya..yaitu seperti harta2 kita sekarang..maka menurut Imam Ghozali masih boleh dimakannya..kecuali barang2 haram itu dikenali dengan tanda tanda yang ada padanya..maka haram mengambilnya..adapun bagi orang waro..itu semua ditinggalkannya..
Harta yang ada pada kekuasaan pemimpin yang zholim..hartanya ada yang haram dan ada yang halal..maka.masih boleh dimakan..tapi bagi orang waro perbuatan ini ditinggalkannya..
Rasul..khulafaur Rasyidin..tetap berjual beli meskipun diketahui banyak harta orang zholim..namun bagi orang2 waro..sekali lagi hal.ini ditinggalkan..
Pembayaran barang yang dibeli dgn uang yang belum jelas kehalalannya..maka saat itu masih boleh diterima uangnya..dan masih halal dimakan makanannya..
Penulis : Fauzy Rusli Muhammad