Nisfu Sya’ban Tradisi yang Melekat Pada Umat Muslim di Indonesia Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ)
Masjid Nurul Falah-Rusun Petamburan Sya’ban, bulan yang sering kali disebut bulan transit untuk menuju Ramadhan. Maka dari itu beragam aktivitas dan kegiatan dilakukan oleh umat muslim di bulan tersebut. Mulai dari puasa sunnah, ziarah kubur, tawaquf majelis, dan melakukan ibadah-ibadah lainnya. Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki berkata, “Pada bulan Sya’ban ada kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang harus menjadi perhatian dan kepedulian, serta meninggalkan keraguan dan melakukan diskusi-diskusi tentang pandangan ulama-ulama tentang hal tersebut di dalam pertemuan-pertemuan, seminar-seminar, dan perayaan-perayaan lainnya.” (Sayyid Muhammad al-Maliki:1999:7)
Perayaan Nisfu Sya’ban, kegiatan yang popular bagi umat muslim di Indonesia. Kegiatan tersebut menjadi tradisi yang biasa dilaksanakan setiap malam 15 Sya’ban. Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki menyatakan bahwa pada bulan Sya’ban ada satu malam yang agung dan penuh berkah yaitu malam Nisfu Sya’ban. Malam tersebut adalah malam yang Allah muliakan hamba-Nya secara keseluruhan dengan mengampuni dosa-dosanya, menurunkan rahmat untuknya. Allah mengampuni dosa-dosa orang-orang yang senantiasa beristigfar, memberi kasih sayang kepada orang-orang yang saling menyayangi, menjawab doa orang-orang yang selalu memohon kepada-Nya, memberi solusi kepada orang-orang yang sedang kesulitan, membebaskan umat muslim pada malam nisfu Sya’ban dari api neraka, dan menetapkan pada malam tersebut rezeki dan pekerjaannya. (Sayyid Muhammad al-Maliki:1999:63)
Malam Nisfu Sya’ban bisa disebut juga malam pengampunan dosa untuk umat muslim. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal dari Abdullah bin Amr Radiawllahu anhuma bahwa Rasulullah bersabda, “Allah Azza Wa Jalla akan memperlihatkan (Rahmat-Nya) kepada mahluknya pada malam Nisfu Sya’ban lalu Ia mengampuni hamba-hambanya kecuali orang yang sedang bermusuhan dan orang membunuh orang lain”.
Hadis lain juga menyebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Allah turun dari langit ke dunia pada malam Nisfu Sya’ban kemudian Ia mengampuni atas segala sesuatu kecuali kepada seseorang yang musyrik atau seseorang yang mempunyai rasa dengki di hatinya.”
Dua hadis di atas mengisyaratkan bahwa seorang muslim ketika masuk Nisfu Sya’ban harus yakin penuh terhadap ketentuan Allah, meminta maaf kepada orang lain, dan menyambung silaturahmi dengan kerabat. Jika seorang muslim mengacuhkan dan meninggalkan hal-hal tersebut maka Allah tidak akan mengampuni dosa-dosanya
Adapun acara Nisfu Sya’ban yang dilaksanakan umat muslim di Indonesia selepas shalat magrib yaitu dengan membaca surat Yasin tiga kali, dzikir, dan membaca shalawat. Belum ada alasan kenapa surat Yasin yang dibaca pada malam tersebut. Namun hal ini berkaitan dengan bertabaruk atau mengambil berkah pada surat tersebut. Sebagaimana Rasulullah bersabda, “Perbanyaklah membaca surat Yasin ini, maka sesungguhnya pada surat tersebut ada khasiat-khasiat yang banyak”. Adapun beberapa ulama mensyarahkan hadis ini sebagai berikut: “Sesungguhnya seorang yang lapar apabila ia membacanya dengan hati yang khusyu’ maka Allah akan mengenyangkannya melalui karunianya. Jika seseorang yang dalam keadaan takut membaca surah Yasin maka Allah akan menghilangkan rasa resah dan ketakutannya. Apabila seseorang yang fakir membaca surat Yasin maka Allah akan melunasi hutangnya. Apabila seseorang yang mempunyai hajat (kebutuhan) membaca surat Yasin maka Allah akan mengabulkan hajat-hajatnya.
Dzikir yang dilakukan pada malam tersebut biasanya terkait dengan tasbih, tahmid, takbir serta tahlil. Dzikir tersebut bukan hanya diperuntukan bagi keberkahan orang yang membacanya akan tetapi ditujukan untuk orang yang telah wafat. Untuk itu umat muslim menghidupkan malam tersebut di masjid, mushola, dan majelis taklim dengan dzikir berjamaah. Sebagaimana ulama Syam berkata, “Dianjurkan menghidupkan malam Nisfu Sya’ban secara beramai-ramai di Masjid.” Syekh Khalid bin Ma’dan dan Syekh Luqman bin A’mir dan selain mereka berdua mengenakan pakaian yang paling bagus untuk malam Nisfu Sya’ban, membakar bukhur (wewangian), memakai celak mata dan melaksanakan ibadah di masjid.
Di sisi lain pada acara Nisfu Sya’ban dilantunkan shalawat Nabi Muhammad. Sebab di bulan Sya’ban adalah turunnya QS al-Ahzab/33:56:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah memerintahkkan umat muslim untuk bershalawat kepada nabi Muhammad Saw, setelah Allah dan para malaikatnya bershalawat untukya. Sehingga posisi shalawat adalah sangat dianjurkan bagi umat muslim. Sebagaimana Imam Qadhi Iyadh mengatakan bahwa sesungguhnya shalawat kepada Nabi Muhammad itu tanpa batas hitungan. Hal itu sebagaimana Nabi Muhammad Saw bersabda, “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali.”
Imam Qadhi Iyadh mensyarahkan hadis tersebut yaitu bagi seseorang yang bershalawat sekali kepada Nabi Muhammad Saw. maka Allah memberikan rahmatnya bahkan Dia akan melipatkan ganjaran kebaikan untuknya.